Monday, May 26, 2014

Prinsip Dasar Sistem Kamera Endoskopi (2) - Analog dan Digital

Sebelum kita membahas mengenai sitim kamera lanjutan, saya akan mengupas terlebih dahulu latar belakang informasi sebagai pengetahuan dasar. Hal ini perlu diketahui karena menyangkut perkembangan teknologi yang pasti berdasarkan pada perkembangan ilmu pengetahuan.

Analog vs Digital
Secara praktis sangat gampang jika kita ingin mengetahui bahwa salah satu rantai dari sistim kamera yang kita miliki itu berbasis pada sinyal analog atau digital atau campuran keduanya. Misalnya sebuah monitor TV yang sekarang dipasarkan banyak yang sudah tidak ada input kabel RCA, S-Video dll, yang ada hanya satu yaitu HDMI. Berarti TV tersebut merupakan TV generasi digital. Atau TV jadul anda tidak ada input HDMI atau DVI, maka TV tersebut berbasis analog. Apa sih analog  dan digital itu? Lalu apa keuntungan dan keburukannya?


Setiap informasi dapat dikirimkan berupa sinyal analog. Biasanya mengacu pada sinyal-sinyal listrik ,  mekanik , pneumatik , hidrolik dll. Sinyal analog dikirim dan disimpan sebagai sinyal yang  kontinyu. Sinyal tersebut merupakan respon terukur terhadap perubahan fenomena fisika, seperti suara, cahaya, suhu, posisi, atau tekanan. Kemudian berbagai media dapat dijadikan alat untuk memperlihatkan  ukuran dan besaran sinyal informasi tersebut bahkan dalam bentuk pencitraan atau suara.

Sebagai contoh, pada proses pengeras suara. Variabel fisika dalam hal ini suara diubah menjadi sinyal analog oleh transducer. Fluktuasi tekanan udara (suara) mengenai  diafragma mikrofon yang menginduksi fluktuasi arus listrik yang dihasilkan oleh kumparan elektromagnetik di mikrofon biasa, atau fluktuasi tegangan yang dihasilkan oleh mikrofon kondensor. Arus listrik dan tegangan tersebut dikatakan sebuah sinyal "analog" dari suara.

Contoh lain dalam merekam suara dengan perekam kaset kuno. Rekaman yang kita buat adalah kumpulan data  elektromagnet yang disimpan pada gulungan panjang pita plastik. Suara yang dihasilkan mereka mewakili analogi dari suara yang kita rekam tadi.

Contoh lain lagi, sebuah kamera model lama merupakan  contoh ideal teknologi analog. Gambarannya adalah jika kita  mengambil gambar pada selembar transparan " Film " plastik yang dilapisi dengan bahan kimia berbasis perak, yang dapat bereaksi terhadap cahaya. Setelah itu  film tersebut dikembangkan ( diproses secara kimia di kamar gelap ), maka hasilnya adalah gambar yang sama berupa foto. Dengan kata lain, gambar yang kita dapatkan adalah analogi dari adegan yang direkam


Sementara sinyal digital sama sekali berbeda . Merupakana hasil konversi informasi sinyal analog menjadi angka binary 0 dan 1 ( digit ), seperti terlihat dalam gambar dibawah, informasi analog suhu 00 sampai 1000C. Informasi suhu analog berupa parameter panas tersebut kemudian di konversi menjadi angka-angka binary sebagai bahan  informasi digital.


Informasi tersebut dipecah menjadi potongan-potongan yang diperkecil. Setiap potongan informasi dalam sinyal digital adalah angka.

Gambar di bawah ini menggambarkan perbedaan antara sinyal analog dan digital .


Gambar di atas dapat memberikan kesan bahwa digital tidak sebagus analog . Tapi itu belum tentu demikian. Sinyal digital dapat mendekati sinyal analog jika potongan-potongan yang dibuat lebih sempit tetapi tidak akan pernah benar-benar semulus sinyal analog. Peningkatan jumlah potongan ( dan mengurangi ukuran ) dari waktu dalam sinyal digital dapat membuat sinyal digital hampir sehalus sinyal analog .

Sinyal digital jauh lebih mudah untuk disimpan dari pada sinyal analog yang  jauh lebih rentan terhadap kerusakkan. Sinyal analog banyak mengandung gangguan yang disebut “noise”. Sementara sinyal digital selain disimpan juga dapat dimodifikasi/dimanipulasi sedemikian dengan bantuan software, bahkan dapat memungkinkan untuk ditingkatkan kulitasnya.

Maka di pasar endoskopi yang terjadi sekarang adalah terdapat dua jenis besar sistim kamera yaitu analog dan digital. Sesuai dengan perkembangan teknologi, diprediksi jenis digital tentu saja akan terus berkembang.




No comments:

Post a Comment