Sebelum kita membahas mengenai sitim kamera
lanjutan, saya akan mengupas terlebih dahulu latar belakang informasi sebagai
pengetahuan dasar. Hal ini perlu diketahui karena menyangkut perkembangan
teknologi yang pasti berdasarkan pada perkembangan ilmu pengetahuan.
Analog vs
Digital
Secara praktis sangat gampang jika kita ingin
mengetahui bahwa salah satu rantai dari sistim kamera yang kita miliki itu berbasis
pada sinyal analog atau digital atau campuran keduanya. Misalnya sebuah monitor
TV yang sekarang dipasarkan banyak yang sudah tidak ada input kabel RCA,
S-Video dll, yang ada hanya satu yaitu HDMI. Berarti TV tersebut merupakan TV
generasi digital. Atau TV jadul anda tidak ada input HDMI atau DVI, maka TV
tersebut berbasis analog. Apa sih analog
dan digital itu? Lalu apa keuntungan dan keburukannya?
Setiap informasi dapat dikirimkan berupa sinyal
analog. Biasanya mengacu pada sinyal-sinyal listrik , mekanik , pneumatik , hidrolik dll. Sinyal
analog dikirim dan disimpan sebagai sinyal yang kontinyu. Sinyal tersebut merupakan respon
terukur terhadap perubahan fenomena fisika, seperti suara, cahaya, suhu,
posisi, atau tekanan. Kemudian berbagai media dapat dijadikan alat untuk
memperlihatkan ukuran dan besaran sinyal
informasi tersebut bahkan dalam bentuk pencitraan atau suara.
Sebagai contoh, pada proses pengeras suara. Variabel
fisika dalam hal ini suara diubah menjadi sinyal analog oleh transducer. Fluktuasi
tekanan udara (suara) mengenai diafragma
mikrofon yang menginduksi fluktuasi arus listrik yang dihasilkan oleh kumparan elektromagnetik
di mikrofon biasa, atau fluktuasi tegangan yang dihasilkan oleh mikrofon
kondensor. Arus listrik dan tegangan tersebut dikatakan sebuah sinyal "analog"
dari suara.
Contoh lain dalam merekam suara dengan perekam
kaset kuno. Rekaman yang kita buat adalah kumpulan data elektromagnet yang disimpan pada gulungan
panjang pita plastik. Suara yang dihasilkan mereka mewakili analogi dari suara
yang kita rekam tadi.
Contoh lain lagi, sebuah kamera model lama merupakan
contoh ideal teknologi analog. Gambarannya
adalah jika kita mengambil gambar pada
selembar transparan " Film " plastik yang dilapisi dengan bahan kimia
berbasis perak, yang dapat bereaksi terhadap cahaya. Setelah itu film tersebut dikembangkan ( diproses secara
kimia di kamar gelap ), maka hasilnya adalah gambar yang sama berupa foto.
Dengan kata lain, gambar yang kita dapatkan adalah analogi dari adegan yang direkam
Sementara sinyal digital sama sekali berbeda . Merupakana
hasil konversi informasi sinyal analog menjadi angka binary 0 dan 1 ( digit ),
seperti terlihat dalam gambar dibawah, informasi analog suhu 00
sampai 1000C. Informasi suhu analog berupa parameter panas tersebut kemudian
di konversi menjadi angka-angka binary sebagai bahan informasi digital.
Informasi tersebut dipecah menjadi
potongan-potongan yang diperkecil. Setiap potongan informasi dalam sinyal
digital adalah angka.
Gambar di bawah ini menggambarkan perbedaan antara
sinyal analog dan digital .
Gambar di atas dapat memberikan kesan bahwa digital
tidak sebagus analog . Tapi itu belum tentu demikian. Sinyal digital dapat
mendekati sinyal analog jika potongan-potongan yang dibuat lebih sempit tetapi
tidak akan pernah benar-benar semulus sinyal analog. Peningkatan jumlah
potongan ( dan mengurangi ukuran ) dari waktu dalam sinyal digital dapat
membuat sinyal digital hampir sehalus sinyal analog .
Sinyal digital jauh lebih mudah untuk disimpan dari
pada sinyal analog yang jauh lebih
rentan terhadap kerusakkan. Sinyal analog banyak mengandung gangguan yang
disebut “noise”. Sementara sinyal digital selain disimpan juga dapat
dimodifikasi/dimanipulasi sedemikian dengan bantuan software, bahkan dapat
memungkinkan untuk ditingkatkan kulitasnya.
Maka di pasar endoskopi yang terjadi sekarang adalah
terdapat dua jenis besar sistim kamera yaitu analog dan digital. Sesuai dengan perkembangan teknologi, diprediksi jenis digital tentu saja akan terus berkembang.
No comments:
Post a Comment