Mencari teknik terkini pada penanganan kasus fistula in-ano? Terlebih
teknik apa yang dapat memberikan manfaat bagi operator dan pasiennya? Apa saja
manfaat yang akan didapat dari teknik tersebut?
Tentang Fistula-in-Ano
Informasi mengenai etilogi, anatomi, klasifikasi, pemeriksaan,
diagnosis, pencitraan dan teknik bedah terbuka dapat dilihat dari referensi ini.
Mudah-mudahan dapat meng up to date pengetahuan Anda.
Video-Assisted Anal Fistula Treatment (VAAFT), salah satu sebuah teknik minimally
invasive surgery yang dikembangkan oleh Karl Storz bekerja sama dengan Prof. Piercarlo Meinero (Italia). Peralatan utamanya hanya terdiri dari 5 instrumen saja sudah dapat
melakukan prosedur ini.
Berikut video link yang saya tautkan untuk memberikan gambaran prosedur yang dilakukan lengkap dengan
perlatannya
Video VAAFT -1
Video VAAFT -2
Dengan teknik ini tidak diperlukan
evaluasi pre operatif apakah fistula
tersebut masuk kategori tertentu dalam Park
Classification System ataupun Current Procedural Terminology (CPT) codes.
Sistim Park ini membaginya dalam
4 kategori yaitu intersphincteric,
transsphincteric, suprasphincteric, and extrasphincteric. Sedangkan sistim CPT,
membaginya dalam Subcutaneous,
Submuscular (intersphincteric, low transsphincteric), Complex, recurrent (high
transsphincteric, suprasphincteric and extrasphincteric, multiple tracts,
recurrent) dan Second stage.
Dengan demikian teknik ini dapat menghemat waktu pemeriksaan dan tentu
saja biaya. Selain itu karena berbasis pada minimally invasive surgery, maka
luka yang dihasilkan pada area perianal juga minimal sehingga dapat mencegah
risiko inkontinensia feses.
Peralatan
Alat utama tersebut berupa Fistuloscope
MEINERO, electroda monopolar, sikat fistula
dan forsep.Tentu ada tambahan peralatan
bantu lain seperti video endoskopi, kauter fekuensi tinggi, barang habis pakai
seperti kateter.
Teknik
Teknik yang ditulis pada
artikel ini untuk kasus complex anal fistula dan kejadian berualangnya.
Penggunaan teknik ini memungkinkan penentuan lokasi internal fistula opening dengan benar. Teknik ini terdiri dari 2
fase, fase diagnosis dan fase operatif.
Fase Diagnosa
Dengan posisi pasien litotomi
dan menggunakan spinal anaesthesi. Fistuloscopi yang didalamnya terdapat
teleskop dengan sudut pandang 80 juga terdapat fiber optic cahaya, dikoneksikan
ke peralatan video endoscopi Karl Storz.
Fistuloscope dengan diameter
ujung teleskop 3,3 mm sampai 4,7mm pada pangkalnya ini dirancang terdapat saluran
instrumennya berdiameter 2,5 mm. Pada alat ini juga terdapat saluran cairan dengan lubang saluran
masuk dan keluar sistim kunci luer lock.
Dalam hal ini selang cairan untuk fungsi
pembersih sekaligus dilasi fistula dapat dipasangkan ke lubang masuk. Cairan
yang dianjurkan untuk digunakan adalah glisin dan manitol 1%. Untuk kemudahan dalam stabilisasi manuver
alat, fituloscop ini dilengkapi dengan handle.
Operator dapat menggerakkan
maju mundur, dengan arah kanan-kiri atau
atas-bawah, manufer ini dimungkinkan karena selain teleskopnya bersifat
kaku dilengkapi terdapat obturator, juga otot di area tersebut dalam keadaan relaksasi karena dibawah
pengaruh regional anestesi. Cairan glizin-manitol yang kontinu juga membantu
dalam menemukan internal fistula opening.
Sementara jika terjadi
kesulitan masuk jauh kedalam karena blocking
tissue, maka forcep berdiameter 2mm dengan panjang 30 cm dapat digunakan
untuk menghilangkan hambatan jaringan tersebut. Forcep ini dilengkapi dengan
penyambung koagulasi monopolar, dengan double action jaws
Dengan menggunakan anal
retractor seperti AUCKLAND EASI Distending Speculum ini, seorang asisten dapat melihat sumber cahaya yang memancar dari fistuloscop ke
bagian dalam dinding rectum, akan lebih terlihat lebih jelas ketika cahaya
kamar OK diredupkan.
Ketika ujung fistuloscope
muncul dipermukaan mukosa rectum, maka ditemukan lokasi internal fistula opening.
Pada posisi ini, internal fistula opening
dilakukan pengikatan dengan melakukan 2-3 penjahitan. Pastikan ketebalan
jaringan yang akan diambil cukup.
Fase Operative
Tujuannya adalah untuk
mendestruksi fistula dari dalam dengan menggunakan elektroda monopolar yang
dimasukkan dalam working channel dari
fistuloscop dan disambungkan dengan kauter frekwensi tinggi. Pekerjaan ini
dilakukan dalam control visual yang dihasilkan dari teleskop.
Namun sebelumnya pastikan
bahwa saluran fistula dbersihkan dari material yang menempel. yang ada dengan
menggunakan Fistula Brush. Fase
operasi ini mengkoaagulasi jaringan granulasi dalam fistula, senti demi senti bergerak
mundur dari internal opening menuju external opening.
Fistula brush digunakan
kembali untuk mengeluarkan material yang sudah nekrosis baik keluar melalui internal (melalui
rektum) maupun external opening.
Selanjutnya dilakukan
prosedur penutupan internal opening dengan menggunakan stapler atau alternatif
lain misalnya menggunakan cutaneous
mucosal flap. Sementara penutupan external opening dibantu dengan syntetic surgical glue.
Kesimpulan
Dengan demikian Keuntungan dari teknik VAAFT ini terlihat jelas yaitu
luka bedah yang minimal, ada kepastian lengkap dalam lokalisasi internal fistula opening yang merupakan titik
kunci dalam semua kasus bedah fistula, dan fistula dapat benar-benar hancur
dari dalam.
Tidak diperlukan penentuan klasifikasi fistula. Oleh karena itu, tidak diperlukan
pemeriksaan pra operasi. Risiko inkontinensia feses pasca operasi diminimalkan. Selain itu, dapat
bekerja kembali setelah beberapa hari sejak teknik VAAFT ini dilakukan.
Jika anda memerlukan informasi mengenai teknik Prof. Meinero dapat di download disini
Download disini untuk publikasi artikel ilmiah
Jika anda memerlukan informasi mengenai teknik Prof. Meinero dapat di download disini
Download disini untuk publikasi artikel ilmiah
No comments:
Post a Comment